Memori Manusia – Seberapa akurat dan handal kah ingatan? Kita seringkali salah tentang seberapa akuratnya kita mengingat sesuatu. Penelitian di bidang ingatan telah menunjukkan kalau kita sering membuat ingatan kita setelah fakta terjadi dan kalau ingatan kita rentan dengan sugesti orang lain (Loftus 1980, 1987; Schacter 1996). Sugesti demikian membungkus ingatan kita atas peristiwa tertentu dan mengisi celah ingatan. Inilah mengapa, misalnya, seorang polisi yang menyelidiki kasus kejahatan tidak boleh menunjukkan foto seseorang pada korban dan bertanya apakah korban mengenali sang pelaku. Bila korban disajikan sebuah barisan dan memilih individu yang gambarnya telah ditunjukkan pada sang korban, tidak ada cara untuk tau apakah yang diingat korban adalah sang pelaku ataukah orang yang ada di foto tadi.
Lebih jauh, studi telah menunjukkan kalau tidak ada korelasi yang nyata antara ketelitian ingatan dengan perasaan subjektif seseorang mengenai ingatannya. Psikolog anak Jean Piaget, misalnya, mengklaim kalau ingatannya yang paling awal adalah saat ia hampir diculik waktu berusia dua tahun. Ia mengingat detilnya seperti duduk di kereta bayi, melihat perawat mempertahankan dirinya dari sang penculik, cedera di wajah sang perawat, dan seorang petugas polisi dengan jubah pendek dan tongkat putih mengejar sang penculik. Perawat, keluarga dan yang lain membenarkan dan memperkaya cerita ini. Piaget yakin kalau ia mengingat peristiwa tersebut. Walau begitu, peristiwa ini tidak pernah terjadi. Tiga belas tahun setelah usaha penculikan tersebut, mantan perawat Piaget menulis pada orang tuanya kalau peristiwa penculikan tersebut adalah karangannya sendiri. Piaget kemudian menulis “Saya pasti mendengar kisah tersebut saat anak-anak .. dan memproyeksikannya ke masa lalu dalam bentuk ingatan visual, yang merupakan ingatan dari ingatan, namun salah.”