Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu. Kenaikan harga barang ini tidak semata-mata karena kelangkaan tetapi juga karena faktor lain yang menyebabkan kenaikan inflasi. Inflasi 0% juga tidak mungkin terjadi, karena akan mematikan pelaku usaha. Sehingga dibutuhkan tingkat inflasi yang stabil dengan memanfaatkan berbagai instrumen kebijakan ekonomi.
Sepanjang sejarah, Indonesia pernah mengalami inflasi hingga ratusan persen hingga menyebabkan krisis moneter pada tahun 98. Tidak hanya merugikan bagi masyarakat menengah kebawah, inflasi juga merugikan bagi pelaku usaha karena biasanya biaya faktor produksi juga ikut meningkat. Salah satu penyebab utama terjadinya inflasi dalam negeri adalah harga minyak dunia yang mahal.
Pembahasan apa itu inflasi
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa inflasi adalah kenaikan harga barang-barang secara terus menerus yang dapat menyebabkan krisis ekonomi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai apa itu inflasi, kebijakan inflasi di Indonesia dan faktor penyebabnya.
Kebijakan inflasi di Indonesia
Inflasi di Indonesia secara langsung dikendalikan oleh pemerintah melalui lembaga otoritas independen Bank Indonesia. Namun, antara pemerintah dan BI menjalin kerjasama dimana BI memberikan saran yang berdasarkan kajian, sedangkan pemerintah mengeksekusi pilihan paling tepat untuk mengendalikan inflasi.
Bank Indonesia memiliki ITF (Inflation Targetting Framework) sebesar 3% – 5%. Apabila inflasi terlalu rendah atau terlalu tinggi, Bank Indonesia akan menerapkan kebijakan yang dapat menjaga tingkat inflasi pada level tertentu sesuai dengan keadaan ekonomi.
Penyebab Inflasi
Ada banyak faktor yang mempengaruhi meningkat atau menurunnya inflasi. Dimana apabila harga barang terlalu tinggi juga tidak baik bagi perekonomian, sebaliknya harga yang terlalu murah akan berdampak pada variabel ekonomi yang lain seperti misalnya tingkat saving masyarakat rendah.
1. Jumlah uang beredar
JUB (Jumlah uang beredar) merupakan salah satu faktor penyebab naik atau turunnya inflasi. JUB merupakan semua uang yang dipegang oleh masyarakat termasuk pada rekening pribadi, cash, cek dan lain sebagainya yang dapat digunakan sewaktu-waktu. Analoginya, apabila suatu negara pada kondisi dimana jumlah uang beredar sebesar 100 triliun, harga barang pokok 20 ribu. Ketika kenaikan upah atau adanya THR akan meningkatkan JUB. Dimana JUB yang meningkat akan menyebabkan pelaku usaha untuk menaikkan harga barang-barang mereka disesuaikan dengan peningkatan JUB.
2. Kelangkaan faktor produksi
Ada banyak faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Dimulai dari tenaga kerja, modal, sewa bangunan, sewa mesin, bahan baku, bahan bakar dan lain-lain. Ketika harga atau biaya faktor produksi tersebut meningkat, maka akan menyebabkan hasil produksi atau output ikut meningkat. Salah satu faktor produksi yang umum digunakan adalah BBM. Apabila harga BBM meningkat, maka harga barang-barang lain akan ikut meningkat. Kenaikan harga BBM juga biasanya disebabkan harga minyak dunia meningkat.
3. Kelangkaan bahan pokok makanan
Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia hampir semuanya makan nasi. Makanan pokok yang wajib ada ini apabila langka akan menyebabkan harga barang lainnya ikut naik. Karena barang subtitusi beras seperti ubi-ubian kurang di minati masyarakat Indonesia. Selain beras, ada pula kebutuhan pokok lain seperti bawang, cabai dan lainnya. Kelangkaan bahan pokok makanan umumnya disebabkan gagal panen karena hama.
4. Kurs rupiah melemah
Ketika kurs rupiah melemah, harga barang import akan ikut meningkat. Kalau impor barang jadi seperti alat elektronik tidak masalah, karena bisa ditanggulangi dengan tidak melakukan impor. Namun, karena Indonesia belum mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri maka dibutuhkan impor minyak mentah dari luar negeri seperti Saudi Arabia. Ketersediaan BBM dalam negeri yang mencukupi inilah yang menyebabkan harga barang pokok lainnya mahal apabila kurs rupiah melemah.